SAMARINDA – Suasana pusat Kota Samarinda, Senin (1/9/2025), mendadak berubah menjadi lautan manusia. Ribuan massa dari mahasiswa, pekerja, hingga masyarakat umum tumpah ruah memenuhi jalanan menuju Gedung DPRD Kaltim, Jalan Teuku Umar.
Dari kejauhan, arak-arakan massa terlihat bergerak dari berbagai titik strategis kota sejak pukul 11.25 siang. Bendera, spanduk, dan poster tuntutan rakyat berkibar di udara, sementara orasi bergemuruh memecah riuh lalu lintas yang mulai tersendat.
Aksi ini dipimpin Aliansi Mahakam, yang membawa 11 tuntutan besar. Sorotan utama adalah kritik keras terhadap tindakan represif aparat dalam demonstrasi sebelumnya, yang dinilai mengancam kebebasan berpendapat dan mereduksi nilai demokrasi di Indonesia.
Tak berhenti di situ, massa juga mengangkat isu-isu krusial: penolakan RUU KUHAP, desakan pengesahan RUU Perampasan Aset, RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT), serta RUU Masyarakat Adat. Perhatian terhadap kesejahteraan guru dan dosen pun masuk dalam agenda, menegaskan bahwa perjuangan mereka tidak hanya soal politik, tetapi juga pendidikan dan keadilan sosial.
Menariknya, beberapa demonstran datang dengan pakaian serba hitam—seolah menandai simbol perlawanan. Namun, Aliansi Mahakam menegaskan aksi ini digelar dengan cara damai. Hingga berita ini diturunkan, aparat keamanan terlihat berjaga ketat, Satlantas sibuk mengatur lalu lintas, dan situasi masih terpantau kondusif meski sejumlah ruas jalan mengalami kepadatan.